AbOuT LoVe

Home

DeFiNiSi CiNtA
AbOuT LoVe CoUpLe
AbOuT PaReNt
AbOuT fRiEnD
TrUe LoVe
SMiLe
HuKuM PaCaRaN
CeRiTa CiNtA
AbOuT PaReNt

JANGAN  KAU  LUPAKAN  CINTANYA 
 
 
Saat cinta kita kepada orang tua "terbentur" dengan
cinta kita kepada si dia, apa yang harus kita lakukan?
Bukankah, cinta kepada si dia, sebelum pernikahan,
bukan segalanya? Cinta semacam ini masih bisa datang
dan pergi, berbeda dengan kasih dan cinta pasca
pernikahan. Dan cinta orang tua kepada kita selaku
anak-anaknya, tak akan pernah habis, namun itu bukan
alasan untuk kita menyakiti mereka. Pahamilah itu
sebagai cinta dan kasih yang abadi.

Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah
berpuluh-puluh tahun mendidik, mengasuh dan
membimbing? Nyebokin kalau buang air, memandikan dan
menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil.
Dan kemudian kita balas jasa mereka dengan protes yang
menyakitkan hati mereka? Dan itu kita lakukan kepada
"seseorang" yang baru dikenal! Haruskah kasih sayang
mereka yang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk
"kasih sayang yang baru seumur jagung"?

Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa,
"KERIDHAAN ALLAH BERADA DALAM KERIDHAAN ORANG TUA, DAN
KEMURKAAN ALLAH BERADA DALAM KEMARAHAN ORANG TUA."
****************************************************************************
***************


Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara
tentang tema film India yang selalu bikin facing
antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada
beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya. 

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih,
falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua
lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan
kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh,
biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk
merealisasi "cerita India" itu. Abis, "ia" begitu
indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak
berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan
dan sikap kita sehari-hari. 


DEMIKIAN INDAHNYA
Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA
HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN
ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN
DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN
IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan
dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran
kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayak gini
gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat
disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma
perbandingan fenomena). 

Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan
dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas.
Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa
adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda,
namun ketika sebaliknya terjadi gimana?

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan
kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan
jalan keluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua
dapat menurunkan "standar permintaannya", namun
BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN
PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda?

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih
kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka
menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan,
suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)."
Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua
seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya
berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk
dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap
nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?"
Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman. 

So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang
anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang
oleh "idealisme' orang tua? 

CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA
BISA DATANG DAN PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat
ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya
para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu,
seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor
kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang
dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit
waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So,
UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR
"SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe
deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya,
kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa
jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi).

Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA
HILANGLAH CINTA ITU. Jangan heran jika kita sering
menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang
selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya
untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan
perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat
hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran
juga kalau orang yang pacaran long distance banyak
yang putus hehehehe 

Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan
kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu
hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda
memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang
suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan
kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa
dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya
atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab
hingga saat ini. 


Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua
pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA
UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA
PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah
Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat. 

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran
jiwa. 

Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika
menasehati anak didiknya, Si bijak bilang, "PATUTKAH
KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH
BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan
MEMBIMBINGMU. 

Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang
air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama
dua tahun lebih dengan kasih sayang tanpa imbalan?
Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan
kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati
mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang
yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua
tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu
dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?

Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas
maknanya jika diterima dengan jiwa yang bersih. 

Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau
comparing antara cinta si Dia dengan kamu dan cinta
orang tua terhadap kamu? Sungguh, tidak balance, ada
yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia
kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak
bisa pastikan bertendensi apa, namun cinta mereka
(orang tua) terhadapmu, sungguh, saya berani pastikan
adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA,
KEBAHAGIAAN KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP
SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN ATAS USAHA
CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA
TENDENSI!" 

"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat
besar artinya untuk ketenangan jiwa kamu, yaitu,
ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA NANTI
SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT
SAMA KAMU? ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU
UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA SENYUM SAMA KAMU?"

"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH
KECINTAAN DAN KEPATUHAN TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI
SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK BAIK, ITU
SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."

?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU
DENGAN SESUATU YANG TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG
ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI KEDUANYA DAN
PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK"
[Luqman:15]. Jadi, kalau ortu ngajak ke arah
kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka.
Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul
dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus
senantiasa dijaga.

"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit
menerima kenyataan, bahkan gak menutup kemungkinan
kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin orang bunuh
diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak
semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT
HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG
LEBIH PAHIT. 

Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak
film-film India, contohnya adalah masalahmu ini. Di
sini tidak ada solusi, yang ada cuma opsi, antara
tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara
kepatuhan terhadap keinginan orang tua." 

Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah
menasehati saya, Anda tidak merasakan sedikitpun apa
yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab, seorang
yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap
emosi jiwa dengan logika, begitu kira-kira yang saya
pahami selama saya hidup. Saya menghargai cinta kamu,
dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia yang
romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini
adalah, kamu berhadapan dengan cinta lain yang lebih
tulus meskipun bagi kamu (sementara ini) cinta tulus
orang tua itu bukan cinta tetapi suatu tekanan yang
menyakitkan." 

"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN
ITU BUKAN ALASAN BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI
ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG ABADI."

Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa
menerima kita setelah kita punya anak, itu khan
artinya nanti bisa kembali damai kalau saya tetap
meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."

Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti
itu, namun, jika itu mungkin bisa terjadi kepada kamu
juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU LAKUKAN, KAMU TELAH
MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITU
SUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA.
Itu pun kalau mereka kemudia memaafkanmu setelah
mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah kamu
yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat
memaafkan? jika ternyata tidak hingga akhir hayat
mereka, kamu akan dihantui dengan perasaan tidak
tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada
lagi. Sungguh Nak." 

"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM
PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA, SEKALI LAGI BUKAN
SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN
PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA
PERNIKAHAN, tidak begitu mudah untuk create cinta baru
yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan aspal
baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena
pernikahan adalah suatu perjanjian bernilai sakral
abstrak yang harus diperjuangkan, meskipun dengan
nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH
KOMITMEN PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA
SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK RETAK, MESKIPUN ITU HARUS
DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda dengan
kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda,
yang kayak gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih
bisa di-adjust sono-sini, itu realita. Saya tidak
katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan
sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah,
cintamu dengan seseorang sebelum pernikahan adalah
masih bernilai fifty-fifty untuk dipertahankan, ini
artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu,
memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional
dong. Artinya ketika dihadapkan kepada memilih antara
dia dan kepatuhan terhadap orang tua, maka di sinilah
kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang! Yah,
semacam usaha untuk lebih relistis." 

Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti
orang tua, apakah ini berarti saya pengecut dan tidak
berani dalam mengambil keputusan untuk menikahinya,
tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?" 
Sang guru: "Anakku, cobalah belajar untuk membedakan
antara pemberani dengan si konyol!" 

Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada
si Dia?" 
Guru, "Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah
berusaha untuk meyakinkan orang tua namun tidak
berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan marah,
itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia
tidak sedih dan marah sendiri. Tidak ada orang yang
ingin kebahagiaannya rusak dan hancur. Namun tidak
berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak
film India." 

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
?BARANGSIAPA MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA
TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat Bukhari]. Dalam
kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK
PERBUATAN DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA
KARENA MARAH. [Riwayat Thabrani].

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang
dapat MEMPERSEMBAHKAN CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI
KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU TUJUAN: MERAIH
CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA. 

Amin allahumma amin... 


Enter content here

Enter supporting content here